mentari bersinar cerah, pagi ini.
minggu yang selalu menyenangkan berada rumah.
mengerjakan segala aktivitas dengan semangat.
jiwa berbinar-binar, seketika sayu setelah mendapat kabar...
...kepergiannya. mang sarman, petugas pengangkut sampah.
tiga hari lalu, rabu...itu kali terakhir kami bersua. ternyata.
di usianya yang sudah renta, mang sarman -panggilan akrabku untuknya- masih berjibaku mengais rupiah.
berprofesi sebagai petugas pengankut sampah di wilayah tempat tinggalku.
meskipun sudah beruban, kulit keriput, tenaganya tak penah kendor...
kendor dari semangat menarik roda sampah, kendor dari rasa tanggungjawab akan profesinya.
fisabilillah. julukan itu pantas disandangnya.
melepas nyawa ketika bertugas. dalam kesendirian, di pinggir jalan raya, mengembuskan nafas terakhir. tak ada siapa pun yang menemani. meskipun begitu, semoga surga adalah balasannya.
atas kesolehannya, atas budi baiknya, atas kesantunannya, dan atas tanggungjawabnya mengemban amanah.
indahnya cerita keluarga sepeninggalmu, mang...
terutama, ibu...yang mengatakan bahwa, semasa sakit, mang sarman selalu tidak sabar untuk segera pulih dan bertugas mengangkut sampah. mang sarman resah, membayangkan sampah-sampah rumah tangga itu menumpuk di pekarangan. meskipun ibu selalu marah dan bilang bahwa..."bapak jangan dulu memikirkan orang lain, sampah di rumahnya menumpuk. pikirkan saja kesehatan bapak sekarang. agar benar-benar pulih. biarkan saja, toh mereka juga tak peduli atas keadaan sakitmu, pak."
tapi, tidak begitu dengan mang sarman...
saking tanggungjawabnya, meskipun belum pulih benar..mang sarman bersikukuh untuk bertugas kembali.
hingga -mungkin- pada akhirnya kesehatannya drop, lalu dijemput Sang Maha Pencipta...
innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun.
selamat jalan, mang.... semoga Allah melapangkan kuburmu, menerima segala amal solehmu, lalu masuk ke surga-Nya. amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar